“Kurangi aktivitas lama di luar…” “Tidak sehat.” Pada garis tertera angka “151.” Angka ini menunjukkan level kualitas udara buruk dengan pengukuran polutan utama PM 2,5.
Begitu pesan tertera di layar laptop kala saya membuka Google dan memasukkan kata “udara ambien,” atau ISPU, pagi hari, Selasa (17/7/18), sekitar pukul 08.49 di Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kecamatan Tanah Abang, tepatnya di Kelurahan Gelora, merupakan tempat para olahragawan akan berlaga dalam Asian Games 2018. Dari informasi itu tampak kualitas udara masih buruk padahal sudah memasuki tengah Juli alias mendekati Asian Games, Agustus ini.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus memantau kualitas udara ambien menjelang Asian Games 2018 . Berbagai upaya dilakukan, salah satu memperpanjang pelaksanaan pembatasan kendaraan bermotor polisi ganjil-genap.
MR Karliansyah, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK mengatakan, kebijakan ganjil-genap bisa berdampak pada peningkatan kualitas udara ambien (PM 2,5).
Karliansyah bilang, pemerintah belum memiliki data pemantauan kualitas udara dengan air quality monitoring system di sejumlah lokasi yang diberlakukan kebijakan itu.
“Belum dapat disampaikan mengingat pembatasan kendaraan itu belum sepenuhnya efektif berjalan,” katanya dalam konferensi pers, pekan lalu di Jakarta.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yakni baku mutu nasional rata-rata harian untuk PM2,5 adalah 65 mikrogram perm3 dan rata-rata tahunan 15 mikrogram perm3. Verdasarkan data World Health Organization (WHO) rata-rata harian untuk PM 2,5 adalah 25 mikrogram/m3 dan rata-rata tahunan adalah 10 mikrogram/m3.
Hasil pengamatan konsentrasi PM 2,5 sejak awal Juli 2018 di Jakarta pada malam hari mencapai 61 mikrogram/m3, siang hari 48,7 mikrogram/m3. Tingginya konsentrasi malam hari, Karliansyah, menduga, kondisi permukaan bumi lebih lembab hingga partikel lebih kuat terkonsentrasi pada level lebih rendah.
“Pada malam hari, atlet kan banyak beraktivitas indoor atau dalam ruangan,” katanya.
Dia menampik konsentrasi PM 2,5 tinggi berasal dari PLTU. “Justru dari emisi kendaraan bermotor. Untuk Jakarta, ini meningkat juga karena dari debu konstruksi pembangunan infrastruktur yang mengering dan diterbangkan angin,” katanya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), katanya, akan menghentikan semua pekerjaan konstruksi dua minggu sebelum Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Untuk Palembang, kata Karliansyah, kualitas udara jauh di bawah ambang batas baku mutu nasional. Kondisi udara sangat baik, delapan mikrogram perm3. Terlebih, saat ini tak ada kebakaran hutan dan lahan.
KLHK pun berkoordinasi dengan Korlantas Polri, Dinas Lingkungan Hidup dan pihak terkait untuk peningkatan kualitas udara sebelum Asian Games dan sesudahnya.
“Kita sepakat semua kendaraan resmi harus gunakan bahan bakar gas, terus menjalankan sistem ganjil-genap, semua areal Gelora Bung Karno dan ring I bebas dari kendaraan bermotor dan mengoptimalkan transportasi publik.”
Mengenai standar kualitas udara, apakah akan menyamakan dengan WHO atau tidak, Dasrul Chaniago, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK, masih belum bisa menjawab.
“Kami masih revisi, KLHK perbaiki baku mutu baik harian maupun tahunan. Tentu sekali lagi negara kita ini negara kepulauan. Kita beruntung angin kencang jadi tidak pernah terjebak musim dingin. Jadi udara mengalir lancar,” katanya

