Edi, anggota Masyarakat Peduli Api, sudah empat hari ini berjibaku padamkan api di hutan Medang Kampai, tepatnya di RT04, Kelurahan Mundam, Dumai, Riau. Bersamanya, sekitar 20 orang Polsek Medang Kampai, masyarakat peduli api, TNI dan beberapa karyawan perusahaan turut membantu.
Mereka gunakan tiga mesin robin, satu ukuran besar dari Wilmar ditambah satu alat berat. Sumber air mereka peroleh dari parit di sepanjang jalan yang tak berapa jauh dari lokasi terbakar.
“Sekitar 400 meter dari situ sebenarnya ada sekat kanal,” katanya, saat dihubungi lewat telepon.
Rabu pagi, (4/7/18), seperti biasa, Edi patroli dengan sepeda motor Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau. Dia rutin lakukan itu dari pagi hingga sore.
Pagi hari, Edi belum lihat ada kebakaran. Baru tahu kebakaran saat melintas sore. “Kayaknya siang sudah mulai terbakar.” Edi langsung menghubungi anggota dan tim lain.
Sejak itu, tiap pagi hingga sore mereka berjibaku memadam api. Bantuan dari udara baru datang di hari keempat. Dua helikopter dari Dumai dan satu dari Pekanbaru melakukan water boombing.
Pelu lima hari Edi dan tim memadamkan api. Dia was-was api terus menjalar jika usaha mereka tak berhasil. “Sudah satu bulan tak ada hujan. Takutnya air diparit tak cukup.”
Lokasi terbakar semak belukar dengan beberapa tegakan pohon besar. Di depan dan belakang bersempadan dengan kebun sawit perusahaan. Sebagian baru ditanam, sebagian lagi sudah masa panen.
Edi tak tahu nama perusahaan itu tetapi karyawan mereka ikut padamkan api.
Seingat Edi, hutan yang terbakar sempat digarap beberapa orang. Pembukaan lahan dan pembuatan parit sempat dilakukan, namun tak berlanjut karena ada yang melarang. Siapa yang larang, Edi tak tahu.
Pada beberapa pohon dalam area terbakar, ada sejengkal papan informasi dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau, memberitahu, lokasi itu Taman Wisata Alam Sungai Dumai.
TWA Sungai Dumai mulai ditunjuk pada 1970. Setelah tata batas, SK penetapan keluar 1990 seluas 4.712 hektar. Sekarang, hampir separuh, kata Zanir, Kasi Konservasi Wilayah IV BBKSDA Riau, dirambah masyarakat untuk pemukiman dan tanam sawit.
Dalam hutan ini ada beragam jenis kayu seperti meranti dan kelat. Hidup pula beberapa satwa seperti, trenggiling, rangkong dan beruang madu.
“Kita membagi area jadi tiga blok. Blok wisata, blok khusus dan blok perlindungan,” kata Heru Sutmantoro, Kabid Wilayah II BBKSDA Riau.
Edwar Sanger, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, sekaligus Wakil Komandan Satgas Operasional Karhutla, menyampaikan perkembangan pasca status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan diperpanjang 1 Juni-November 2018.
Hingga petang 9 Juli 2018, terpantau satu hotspot di Bengkalis melalui satelit NOAA. Cuaca di Riau cerah berawan. Potensi hujan dengan intensitas ringan maupun sedang disertai petir dan angin kencang kemungkinan di sebagian besar Riau pada sore, malam dan dini hari.

